Rabu, 03 Juli 2013

Garda Martir Neraka

Garda Martir Neraka

  Bagaimana menurut kalian tentang oknum-oknum kekerasan yang mengatas namakan agama? Juga para martir surga yang merelakan nyawanya? Jika menurut kalian itu semua adalah perbuatan pintar maka kalian tidak sependapat dengan saya, mengapa? Karena saya pikir kita tidak perlu menyikapi agama terlalu ekstrem, maksud saya seperti mati, dan melukai orang lain, bagaimana jika yang terluka adalah saudara seumat kita?

  Saya dan teman-teman saya dari Demagogical suka membahas itu, pro dan kontra pun timbul diantara kami. Tapi kami menyikapinya secara simpel dan sambil tertawa. Saya mengajak kawan-kawan berbicara mengenai sejarah terlebih dahulu. Sebenarnya jika dikupas dari awal akan memakan waktu yang sangat lama, jadi saya akan hanya membahas ketika Indonesia telah menginjak ke masa orde baru (1966-1998), dari buku tentang Nusantara yang saya baca, sejarah kekerasan atas nama agama dan meningginya semangat keberagamaan itu hingga sampai ke titik level radikal, merujuk kepada era Soeharto, dan bagaimana para penguasa Orde Baru ini menyikapi salah satu pihak/agama.

  Sikap antagonis Soeharto kepada salah satu pihak/agama, kita sebut saja Islam terutama pada masa awal-awal kekuasaannya, kerap diklaim telah mendorong tumbuhnya gerakan atau kelompok radikal. Tekanan Soeharto yang berlebihan terhadap gerakan Islam politik membuat artikulasi keislaman mereka tersumbat. Karena itu, ketika kekuasaan Soeharto tumbang dan ada ruang kebebasan yang cukup besar, berbagai kelompok Islam politik itu bermunculan.

  Tidak ada salahnya dalam penjelasan seperti itu bukan?  Fenomena sosial tidak terjadi karena satu faktor saja. Di tengah dominasi kerangka berpikir pertarungan Islam dan Barat, atau prasangka-prasangka berlebihan terhadap imperialisme Amerika.  Perspektif historis menjadi penting agar kita terhindar dari rabun jauh dalam melihat sejarah kita sendiri.

  Saya juga pernah mendengar cerita teman saya tentang suatu tempat disebuah pulau yang terbagi menjadi dua provinsi yaitu Timur, dan Barat, bagaimana mereka berperang karena perbedaan keyakinan. Apakah semua itu harus terjadi karena masalah yang sepele? Saya menyikapi tindakan seperti itu adalah tidak diperlukan, lagian satai saja lah, jangan katakan iya untuk deskriminasi. Cukup dengan memeluk kuat keyakinan, dan menjaga ideologi kita tanpa membuat kontroversi pada pihak lain.

  Saya membuat lirik lagu berjudul Garda Martir Neraka, menceritakan tentang kaum radikalis, saya kurang hafal dengan teori-teorinya, tapi yang saya faham dalam kepala saya, saya tuangkan dan merangkumnya kedalam sebuah lirik. Merangkum tentang bagaimana ketidakmestian seseorang membela agama secara ekstrem dan mengada-ada, juga menceritakan opini saya tentang mereka, mereka menyebut mereka para garda martir surga, tapi saya menyebut mereka hanya sebagai perusuh, dan orang-orang yang kurang faham tentang ilmu agama, dan UU di Indonesia. Saya menyebutnya garda martir neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar